Connect with us

Agam

SMK N 1 Matur dan APD Kolaborasi Gelar Pendidikan Politik Bagi Pemilih Pemula

Published

on

Prosumbar – Pemilih pemula bukan sekadar menjadi lumbung suara pada pemilu tetapi bagaimana keberadaan mereka menjadi investasi untuk pembangunan yang lebih baik dimasa depan.

Demikian benang merah yang disampaikan Koordinator Akademi Pemilu dan Demokrasi Kabupaten Agam, Okta Muhlia ketika menjadi narasumber pada kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila (P5) dengan tema suara demokrasi di SMK Negeri 1 Matur pada Selasa (4/9).

Kegiatan yang diinisiasi oleh SMK Negeri 1 Matur ini diikuti oleh siswa kelas X dari semua jurusan dan didampingi oleh beberapa orang guru.

Pihak sekolah sadar akan pentingnya pendidikan politik dan demokrasi untuk diberikan sejak dini kepada siswa, agar tidak menjadi antipati dengan demokrasi dan politik.

Pada kesempatan tersebut, pihak sekolah menghadirkan Okta Muhlia yang merupakan Koordinator Akademi Pemilu dan Demokrasi (APD) Kabupaten Agam untuk menjadi narasumber eksternal.

APD hadir menjadi solusi dari pendidikan politik dalam kontestasi Pemilu 2024. Lia panggilan akrabnya, memberikan materi dengan tema anak muda sebagai kelompok rentan dalam demokrasi dan pentingnya berkontribusi dalam Pemilu.

Lia mengungkapkan bahwa jumlah pemilih pemula atau gen Z dengan usia 17 s.d 26 tahun dalam DPT Kabupaten Agam sebanyak 96.841 jiwa atau 25% dari total jumlah DPT.

“Dan gen Y dengan usia hingga 42 tahun sebanyak 115.917 jiwa atau 30%. Maka ada sekitar 55% dari total DPT Kabupaten Agam yang merupakan kaum milenial,” sebutnya.

Jumlah pemilih milenial yang besar akan mempengaruhi para calon legislatif dan calon presiden untuk bisa merebut hati para pemilih milenial.

Peserta pemilu harus mampu berkreasi yang kreatif untuk meyakinkan para pemilih milenial agar tidak salah dalam menentukan pilihannya pada Pemilu 2024 nanti.

“Generasi milenial setidaknya memiliki 3 karakter utama, yaitu convidence, creative dan connected,” ungkap Lia.

Dengan 3 karakter utama pemilih milenial ini harapnya dapat membawa perubahan pada demokrasi dan pembangunan bangsa.

Lia menjelaskan, pemilih pemula termasuk kedalam kelompok rentan karena bisa jadi karena kurangnya pengetahuan, terbatasnya akses data dan cenderung labil.

Maka pendidikan politik dan diskusi kritis tentang demokrasi penting sering sering dilakukan bersama pemilih milenial.

Kaum milenial akan lebih dinamis dan lebih cepat berubah persepsi politiknya, terutama sangat terpengaruh oleh lingkungan.

Kemampuan untuk menyaring informasi hoax dan informasi negatif lainnya perlu terus diasah bagi pemilih pemula.

Ini peluang bagi peserta pemilu, jika mampu mengelola dengan baik pemilih milenial bisa menjadi penentu kemenangan.

Menjadi tantangan besar untuk merebut hati para pemilih milenial dengan politik ide dan gagasan yang memajukan bangsa. Semoga kita semua dapat berfikir dan bertindak positif, sehingga pemilih milenial tidak terpengaruh oleh nilai-nilai politik yang kurang baik dari lingkungan.

“Kita harus mampu membuat diskusi dan bicara politik itu menarik bagi kawula muda,” ungkap Lia usai kegiatan.

“Pendekatan yang digunakan bagi pemilih milenial tidak hanya pendekatan pragmatis tetapi juga pendekatan investasi jangka panjang bagi bangsa dan negara,” tambahnya.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *